Taman Baca Inspirasiana Kepi

Pada mulanya adalah gagasan. Gagasan itu menyatu dalam angan. Dan ketika bertemu dengan komunitas Inspirasiana, gagasan itu menjadi peristiwa nyata.

Hal itu terjadi pada Minggu, 11 Mei 2025. Berdirilah Taman Baca Inspirasiana (TBI) di Kampung Kepi, Desa Rapowawo, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Pulau Flores, NTT.

Ini adalah taman baca kedua yang dimiliki Inspirasiana. Taman baca pertama didirikan pada Minggu, 13 Juni 2021 di Desa Piga, Kecamatan Soa, Ngada, NTT. Hingga kini, Taman Baca Soa masih beroperasi seperti biasa.

Kehadiran taman baca kedua ini seperti menjawab kerinduan dan harapan akan adanya tempat membaca yang ramah anak di Kampung Kepi. Sempat tebersit niat untuk menggunakan modal swadaya, tapi apa daya, dana yang ada tidak cukup untuk mewujudkannya.

Kepi merupakan sebuah kampung di atas perbukitan. Kampung ini tidak terlalu besar. Hanya dihuni oleh kira-kira sebanyak 100 kepala keluarga. Ia adalah salah satu kampung yang termasuk bagian dari wilayah persekutuan Tanazozo atau biasa dikenal dengan nama Rajawawo.

Wilayah Rajawawo sendiri terdiri dari enam desa. Artinya, di sekitar kampung Kepi, yang jaraknya hanya sepelemparan mangga, terdapat kampung-kampung lain.

Secara administratif gerejawi, wilayah ini bernaung di bawah sebuah Paroki, yakni Paroki Maria Bunda Karmel-Rajawawo.

Ada tujuh sekolah dasar (SD), baik swasta maupun inpres (negeri) di wilayah Rajawawo. Selain itu, ada juga sekolah menengah pertama (SMP), yaitu SMPN 04 Nangapanda. Sayangnya, di Rajawawo belum ada sekolah menengah atas (SMA). Dengan demikian, anak-anak Rajawawo yang akan melanjutkan SMA harus ke ibukota kecamatan Nangapanda atau ke kota Ende.

Jarak Rajawawo ke Nangapanda sekitar 12 kilometer. Jarak yang bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat ini memiliki kondisi jalan tidak terlalu ramah bagi penggunanya. Kerikil berpisah ranjang dengan aspalnya, beberapa ruas rabat hasil bantuan dana desa dan ruas lainnya terkikis oleh hujan karena tanpa drainase. Waktu tempuh pun bergantung pada nyali dan kelincahan si pengguna jalan.

Secara ekonomi, umumnya orang Rajawawo (termasuk Kepi) bermata pencaharian sebagai petani. Adapun yang berprofesi sebagai guru dan ASN bisa dihitung dengan jari. Hal ini dikarenakan Rajawawo merupakan wilayah subur. Hasil pertanian yang terkenal dari wilayah ini antara lain kakao, cengkeh, kemiri, pala dan kelapa. Sementara beberapa petani ada yang menanam vanili.

Tahun 2024 hingga kini, harga komoditi sedang baik, sehingga orang Rajawawo sedikit bisa tersenyum sumringah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Perubahan iklim dan cuaca cenderung menjadi alasan utama. Katanya ada korelasi antara perubahan iklim dengan datangnya penyakit yang menyerang kakao sehingga menyebabkan busuk buah.

Namun, kesuburan dan hasil bumi dari Rajawawo ini tidak serta merta mampu memberikan akses literasi yang ramah kepada anak-anak. Kenyataan yang nyaris sama dengan saya alami 30-an tahun lalu di sini. Banyak sekolah, tetapi hampir tak punya perpustakaan. Kalaupun ada perpustakaan, itu hanya sebuah ruangan kosong tanpa buku-buku yang layak. Ini adalah fakta yang memprihatinkan.

Ketiadaan ruang baca atau taman baca yang dilengkapi dengan buku-buku bacaan yang edukatif dan inspiratif, membuat kemampuan literasi Generasi Z dan anak-anak usia sekolah layak jadi perhatian bersama. Dan Taman Baca Inspirasiana menjadi solusi atas kondisi tersebut.

Ini kampung asal saya, tempat saya belajar di salah satu sekolah dasar dulu. Saya ingin anak-anak Rajawawo memiliki kemampuan literasi yang baik. Sebab kata orang, buah dari kebiasaan membaca adalah menambah pengetahuan, mengembangkan keterampilan berpikir, meningkatkan kemampuan berbahasa, dan meningkatkan kreativitas. Selain itu, pembaca yang setia adalah penulis yang hebat.

Lalu, mengapa memilih Kampung Kepi?
Ini hanya untuk mempermudah komunikasi dan koordinasi.

Kini, Taman Baca Inspirasiana (TBI) Kepi memiliki beberapa jenis buku. Koleksi terbanyak adalah buku bacaan dan cerita bergambar dari Kuark Internasional sebanyak 360 eksemplar. Ada juga buku-buku lain, seperti novel remaja dan buku-buku agama Katolik.

TBI Kepi belum memiliki petugas khusus. Hanya ada seorang anak kecil bernama Inyal yang masih duduk di bangku SD dan siap membantu teman-teman lainnya yang akan berkunjung ke taman baca ini.

Secara pribadi, jauh dari lubuk hati terdalam mau mengucapkan terima kasih kepada Komunitas Inspirasiana – Kompasiana yang telah mendukung dan membantu niat kami untuk mewujudkan berdirinya TBI Kepi.

Penulis: Roman Rendusara

Facebook Comments